Monday, 18 November 2013

KEINDAHAN PANTAI LOSARI

Keindahan pantai yang terletak di sebelah barat Makassar ini memang sungguh mempesona, terlebih ketika matahari terbenam di senja hari. Secara berseloroh, seorang kawan saya pernah berkata, “Senja di pantai Losari tak akan pernah berhenti tersenyum. selalu tersenyum menyapa siapa saja yang menyaksikannya.”




Semburat merah jingga dari mentari yang akan rebah di kaki cakrawala memantul pada laut di hadapan pantai Losari, membawa nuansa dan pesona tersendiri bagi yang menyaksikannya. Beberapa perahu nelayan kecil nampak di kejauhan, kian memperkaya warna senja yang luruh di sana. Dan debur ombak yang menerpa lembut tanggul pantai bagaikan musik syahdu yang membawa suasana terasa kian sentimental diiringi hembusan angin sepoi-sepoi dari arah laut. Banyak fotografer yang mengabadikan kejadian ini untuk menyimpan kenangan keindahannya, akan senyum senja Pantai Losari.
                              Sunset Pantai Losari
Pantai yang juga merupakan landmark Kota Makassar ini memang menawarkan keindahan yang sangat eksotis, terutama saat menyaksikan pemandangan matahari terbenam ketika petang menjelang. Salah satu hidangan khas dan unik di Pantai Losari adalah Pisang Epe’. Jenis makanan ini berupa pisang mentah dibakar, lalu dibuat pipih kemudian diberi kuah air gula merah. Untuk menambah aroma dan kenikmatan .

dan  menikmati becak khas Makassar menyusuri sepanjang pinggir pantai. Sarana transportasi yang sudah hampir langka ini masih bisa kita jumpai di sana. Rasakan sensasi naik becak dengan kayuhan roda si “daeng” seraya menikmati hempasan angin lembut yang menerpa dari arah depan. Juga sunset yang begitu indah.
                                   

sumber : http://id.travel.yahoo.com/jalan-jalan/18-senyum-senja-pantai-losari?cid=pls

Misteri dan Sejarah Lapangan Karebosi, Makasar


karebosi_vertikalBagi warga Makassar, cerita berbau mistik dan alam gaib di Lapangan Karebosi bukanlah hal yang baru. Tidak sedikit yang percaya bahwa berbagai kejadian aneh di luar nalar yang muncul di lapangan yang menjadi titik nol kilometer kota Makassar itu adalah ulah dari “para penjaga” yang berdiam di sana. Citizen reporter Djamaludin mewawancarai pengurus PSM, yang termasuk sering mengalami kejadian-kejadian aneh di lapangan itu dan upaya agar tidak “diganggu” selama berlatih.(p!)
Orang-orang yang sering ke Lapangan Karebosi Makassar umumnnya sudah paham bahwa lapangan itu menyimpan banyak mitos dan di sana sering muncul peristiwa di luar akal sehat. Sejumlah kejadian aneh kerap menimpa mereka yang memang saban hari tinggal dan bekerja di situ, termasuk Abdul Haris, manajer lapangan dan Tajuddin, penasehat spiritual PSM Makassar.
Haris dan Tajuddin sudah paham betul di mana tempat angker di setiap sudut di Lapangan Karebosi. ‘’Saya sudah terlalu sering melihat hal-hal aneh di lapangan ini. Pernah suatu malam ada kuda berjalan di dalam lapangan tempat latihan pemain PSM, penunggangnya sempat berputar-putar mengelilingi lapangan dan kemudian menghilang, saya sempat kaget tapi tidak takut. Belakangan saya tahu berdasarkan informasi teman-teman, kuda itu ‘penghuni’ lapangan ini,’’ kata Haris menuturkan pengalamannya.
Kini karena sudah tahu, setiap kuda itu muncul, Haris memilih diam dan tak mau mengganggu. ‘’Kalau kita tidak mengusik , mereka juga tidak akan mengganggu kita, itu yang selalu ada dalam pikiran saya, walaupun awalnya ada teman-teman yang sempat takut juga,’’ ujarnya..
Kuburan di sekitar lapangan karebosi
Kuburan di sekitar lapangan karebosi
Haris yang sudah enam tahun mengelola tempat latihan pemain PSM, ingat betul betapa nasib Fouda Ntsama berakhir tragis setelah mengencingi satu dari tujuh kuburan di pinggir lapangan tempat latihan pemain PSM. Pemain asal Afrika itu terpaksa gantung sepatu, padahal ia cuma terkilir saat latihan usai mengencingi kuburan itu. Insiden yang menimpa Ntsama tenttak ayal lagi dikait-kaitkan dengan kekuatan gaib dari kuburan itu.
‘’Sejak saat itu orang mulai semakin takut dengan kuburan yang ada di sekitar lapangan itu,’’ jelas Haris.
Pada malam-malam tertentu, terutama malam Jumat dan malam Senin, semua aktivitas memperbaiki lapangan, termasuk menyiram rumput dan meratakan sisa-sisa kubangan di tengah lapangan dihentikan. Alasannya, karena sudah kerap kali Haris dan beberapa temannya ditegur ‘penghuni’ lapangan.
‘’Kalau kami tetap kerja sampai larut di malam Jumat dan malam Senin, biasanya ada saja yang selalu sakit perut, entah saya atau teman yang lainnya. Kejadian itu selalu berulang, padahal kalau malam-malam lainnya biasa-biasa saja, kami juga pernah ditegur ‘penghuni’ lapangan lewat kejadian-kejadian aneh,’’ papar alumni Universitas Muslim Indonesia ini.
Kejadian aneh yang dimaksud Haris itu yakni, pernah suatu waktu, pekerjanya yang tidur di bangku pemain, tiba-tiba sudah berpindah tempat saat terbangun, pekerja yang lainnya jelas kaget karena sebelumnya pekerja itu masih tidur di tempat pekerja lainnya.
‘’Setiap magrib juga kami pasti menghentikan pekerjaan, itu sudah rutin karena menghormati ‘penghuni’ lapangan,’’ katanya lagi.
Ziarah tahunan
  Bekas Peziarah
Bekas Peziarah
Selain itu, setiap tahun pasti Haris dan pekerja lainnya, termasuk penjual di sekitar Karebosi melakukan ziarah ke makam yang ada di lapangan itu, ini supaya ada keharmonisan antara ‘penghuni‘ lapangan dan mereka yang memang menggantungkan rejekinya di sekitar Lapangan Karebosi.
Selama berada di Karebosi, Haris mencermati, pusat keramat tempat itu persis di lapangan tempat latihan pemain PSM. Kalau di tempat-tempat lain, memang sering ada kejadian aneh, tapi skalanya tidak sebanyak di lapangan tempatnya bernaung.
Sementara Tajuddin, sang penasehat spiritual PSM menambahkan, ‘’Biasanya kalau lampu penerang di Karebosi dimatikan, pasti ada satu dua ‘penghuni’ yang muncul, entah berkuda atau dalam wujud lain.’’
Sebagai pensehat spiritual PSM, Tajuddin yang juga biasa disapa Ustaz PSM, memang sangat yakin dengan hal-hal gaib yang sering terjadi di Lapangan Karebosi.
”Sebenarnya, bukan hanya di Karebosi, setiap ikut tim bermain ke luar kota atau saat bermain di Stadion Mattoanging, selalu saja ada hal-hal gaib di luar nalar kita, tapi yang seperti itu biasanya merupakan titipan lawan supaya pemain kita kalah,” rincinya.
Makanya Tajuddin selalu ada setiap PSM bertanding, baik di kandang sendiri maupun saat tur ke luar kota. Pria berambut putih ini selalu berusaha menghalau ancaman magic dari lawan. Tapi kalau di Karebosi, hanya sesekali Tajuddin ke sana, katanya cuma kalau ada mood. Itupun hanya sekedar untuk ikut nonton latihan rutin para pemain.
”Saya membantu PSM sejak Nurdin Halid yang jadi manajer. Dulu biasanya ada ritual khusus sebelum PSM bertanding, ini karena tim lawan biasanya menggunakan kekuatan supranatural untuk mengalahkan PSM, tapi sekarang ritual itu mulai ditinggalkan, soalnya sudah banyak manajer baru dan semua punya penasehat masing-masing,” jelasnya.
Kejadian atau peristiwa-peristiwa seperti itu memang di luar nalar kita, dan memang sulit dipercaya akal sehat, tapi bagi Haris dan sejumlah pengurus PSM yang menghabiskan hari-harinya di sana, kejadian itu memang benar-benar terjadi dan diyakininya.
Mitos : Tujuh Penyelamat dari Karebosi
edisi1_kuburan3Citizen reporter Nilam Indahsari, melakukan penelitian kecil-kecilan tentang mitos tujuh kuburan yang ada di Karebosi. Dari catatan sejarah sampai koneksi ke alam gaib dibaginya dalam tulisan ini. (p!)
Tanpa sebab yang pasti, sejumlah gajah sirkus yang telah dilatih selama bertahun-tahun, tiba-tiba saja mengamuk. Sang pemilik sirkus tentu saja tak habis pikir dengan kejadian aneh ini. Hari itu, pertunjukannya di lapangan Karebosi berakhir kacau. Bukan hanya itu, pagar pengaman sekitar tenda sirkus pun ambruk seketika. Indra, perempuan berusia sekitar 40 tahun, mengenang peristiwa di tahun 1984 itu seraya berkata, “Itulah akibatnya kalau tidak minta izin pada ‘penjaga’-nya Karebosi”.
Sore itu saya menemui Indra di samping salah satu warung di lapangan Karebosi. Ia bertutur tentang peristiwa gajah sirkus yang mengamuk, juga tentang penjaga Karebosi. Ia tampaknya tahu banyak, dan juga percaya seputar kejadian-kejadian aneh dan kaitannya dengan apa yang disebutnya sebagai penjaga itu. Indra menyebut-nyebut soal tujuh kuburan di tengah lapangan.
Tujuh kuburan itu pulalah yang mengusik rasa ingin tahu saya. Sewaktu masih bersekolah di SD Sudirman IV yang terletak di Jalan Sudirman, saya dan teman-teman sering melihat tujuh kuburan itu, di saat pelajaran olahraga berlangsung di lapangan yang terletak di depan sekolah kami itu. Di suatu malam Jumat, di bulan April, saya sengaja mendatangi kuburan itu. Di sana saya bertemu tujuh orang peziarah.
Menemukan ketujuh kuburan itu di tengah gelap malam, ternyata tak sesulit perkiraan saya. Seseorang yang nongkrong di panggung lapangan, menyarankan untuk mendatangi asal nyala lilin yang ternyata diletakkan di atas masing-masing kuburan. Setelah sampai di sana, saya mengucap salam sama seperti lazimnya ketika berziarah di kuburan umum.
Kelompok peziarah malam itu terlihat khusyuk. Dan di tengah kegelapan, di antara remang-remang cahaya lilin dan temaram lampu merkuri, saya menyaksikan mereka menyalakan sebatang taibani eja atau lilin merah di atas tiap kuburan, menabur bunga, serta membasahi tanah kuburan dengan air. Mereka juga membawa sesajen berupa pisang raja, kelapa muda, dan anak ayam kampung. Semua sesajen itu diangkut dengan sebuah becak, yang sengaja disewa untuk melintasi sayap timur Karebosi untuk keperluan ziarah itu.
Dari penjelasan penjaga kuburan yang bernama Kadir Daeng Naba, saya mengetahui sedikit tentang kelompok peziarah itu. Katanya, mereka itu memiliki warung di pinggir salah satu ruas jalan lapangan Karebosi. Dan keesokan harinya, tibalah saya di warung dimaksud, kemudian bertemu dengan Indra, perempuan yang bercerita tentang penjaga kuburan itu.
Keponakan Indra, seorang anak perempuan berusia sembilan tahun bernama Andi Ani, melengkapi kisah ziarah di malam sebelumnya.. Andi Ani bertutur, bahwa beberapa hari sebelum rombongan mereka berziarah, tantenya yang bernama Suri –yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial, tiba-tiba kesurupan. Melihat Suri yang sedang kesurupan, salah seorang keluarganya lalu mengucap nazar. “Kalau tanteku sembuh, kami akan berziarah ke tujuh kuburan itu,” ungkapnya.
Indra, warga yang tinggal di Jalan Bayam, Makassar, itu menambahkan, kisah gajah sirkus yang mengamuk hanyalah salah satu keanehan yang kerap terjadi di Karebosi. Ia percaya itu. Dan tampaknya bukan hanya Indra yang berkeyakinan demikian. Beberapa orang yang duduk di sekitar kami juga menyetujui pernyataan perempuan berambut pendek itu. Mereka percaya berbagai kejadian aneh seperti misalnya panggung pertunjukan yang roboh atau acara yang berakhir kacau, disebabkan karena campur tangan sang penjaga Karebosi.
Barangkali karena cukup meluasnya kepercayaan bahwa setiap hajatan di Karebosi sebaiknya didahului dengan meminta izin sang penjaga, membuat banyak orang yang mengadakan kegiatan seperti upacara, pertandingan olahraga, pasar malam atau konser musik, biasanya berziarah dulu ke kuburan tersebut. Mereka meyakini kegiatan berziarah itu sebagai pertanda minta izin agar kegiatan yang akan digelar dapat berjalan lancar.
Selain berziarah untuk keperluan meminta izin menyelenggarakan kegiatan, sebagian orang juga meyakini bahwa pemilik tujuh kuburan itu adalah perantara manusia dengan Tuhannya, sehingga doa yang dipanjatkan dari tempat itu berpeluang besar untuk dikabulkan. Kepercayaan itu tak hanya berlaku di kalangan etnis Makassar yang umumnya beragama Islam, tapi beberapa orang keturunan Cina pun biasa berdoa di tempat itu. “Orang yang berziarah memohon berbagai macam permintaan, mulai dari doa agar usaha mereka makin menangguk untung yang besar, hingga meminta kelancaran mencari jodoh,” kata Indra.
Lantas, siapa gerangan yang bersemayam di tujuh kuburan itu dan mengapa mereka tidak dikuburkan di kuburan umum saja? Pertanyaan ini juga sebenarnya telah muncul sejak lama di benak saya. Ketika mengikuti kegiatan lari lintas lapangan saat masih SD, saya dan teman-teman biasanya melambatkan langkah setiap melintasi setapak kedua dari pintu masuk sebelah timur Karebosi itu dengan hati yang berdebar-debar. Tapi setelah menatap jejeran kuburan yang tersembul di sela rumput lapangan, kami justru kerap mempercepat langkah karena ketakutan tanpa sebab yang jelas.
Bila merujuk pada sebuah peta kuno yang saya temukan di Museum Balaikota Makassar, disebutkan bahwa Karebosi dulunya adalah sawah yang merupakan wilayah Kerajaan Gowa. Kalau Karebosi dulunya adalah sawah, maka aneh rasanya mendapati jejeran tujuh kuburan di daerah persawahan. Dan meskipun dalam perkembangan selanjutnya, Karebosi kemudian berubah fungsi menjadi ruang terbuka atau alun-alun kota, kehadiran tujuh kuburan itu tetap mengundang tanda tanya saya.
Karena Daeng Naba tak tahu persis tentang detail ketujuh bersaudara itu, maka ia menyarankan saya untuk mencari keterangan di Balla’ Lompoa, istana Raja Gowa yang terletak di Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Di sana saya bertemu dengan seorang pemandu. Ia mengatakan tak tahu banyak mengenai tujuh kuburan itu. Namun, ia juga menyangkal bahwa yang bersemayam di kuburan itu adalah tujuh orang bersaudara. Ia yakin tujuh bersaudara yang dimaksud itu dikuburkan di Galesong, Takalar, sekitar 60 km ke arah selatan Makassar. Sehingga orang biasa menyebutnya dengan “Tujua ri Galesong”.
Konon, tujuh bersaudara itu adalah orang yang dikutuk oleh salah seorang wali karena kenakalan yang sering dilakukannya. Karena kutukan itu, arwah mereka masih terkatung-katung di antara bumi dan langit. Setelah kematiannya, orang-orang memanfaatkan arwah mereka untuk keperluan yang negatif seperti mengguna-gunai orang lain. Orang yang berniat seperti itu biasanya meminta bantuan yang bungsu. Konon, si bungsu yang tuna wicara itu dianggap terkejam di antara ketujuhnya. Ia memiliki kemampuan merasuki tubuh seseorang atas permintaan orang lain.
Setelah bercerita di anak tangga museum Balla’ Lompoa, pemandu itupun menyarankan saya bertemu dengan seorang lelaki yang tinggal tak jauh dari Balla’ Lompoa. Lelaki itu bernama Andi Djufri Tenribali. Ia lebih akrab disapa Daeng Pile.
Kening Daeng Pile mengernyit melihat kehadiran saya. Wajar saja, karena sebelumnya kami memang tak pernah berkenalan. Ia pun bertanya tentang tujuan saya menemuinya. Tanyanya berbalas ketika saya memberitahukan keingintahuan saya tentang tujuh kuburan itu. Tangannya menutupi mulutnya yang tertutup dan menatap saya lekat, keningnya pun masih mengernyit. Ia tak langsung mau bercerita panjang lebar. Ia hanya meminta saya menulis apa saja yang ingin saya ketahui tentang tujuh kuburan itu di atas selembar kertas. “Saya akan memilah mana yang bisa saya jawab,” ujar Daeng Pile sambil berjanji memberikan jawabannya dua hari kemudian.
Dua hari kemudian saya menemuinya lagi. Tapi ia belum memberikan jawaban sama sekali. Ia mengaku, dalam dua hari itu ia selalu merasa terhalangi untuk membalas pertanyaan saya di atas selembar kertas juga. “Sepertinya saya harus minta izin dulu sebelum memberi jawaban,” ujarnya. Daeng Pile mengatakan, ia akan meminta izin melalui meditasi, untuk itu ia meminta nama saya yang menurutnya akan disampaikan kepada pemilik tujuh kuburan itu. Jika diizinkan, maka ia baru berani bercerita kepada saya. Persoalannya, “lebih mudah menghadapi kemarahan orang yang masih hidup daripada yang telah tiada,” kata Daeng Pile.
Katanya, di saat-saat tertentu, ia memang menarik diri dari keramaian lalu berdiam melakukan meditasi di salah satu bilik rumahnya di bilangan Syamsuddin Tunru, Sungguminasa, Gowa, itu. Meditasi itu biasa dilakukannya di malam bulan purnama. Sebelumnya, ia menyiapkan paling kurang tiga sisir pisang, air kelapa muda, dan kain putih sepanjang satu meter. Dalam meditasinya, Daeng Pile berkomunikasi dengan pemilik tujuh kuburan itu. Lama kelamaan, ia pun merasa telah ada semacam benang merah yang terjalin antara mereka. Ia pun diberitahu mengenai siapa, dari mana, dan kapan kuburan itu mulai ada.
Di hari ketiga, saya akhirnya mendapatkan jawaban, meski tak semuanya. Ternyata Daeng Pile kerap pula berziarah ke kuburan itu sejak kurang lebih sembilan tahun lalu. Ia ke tempat itu karena percaya pada apa yang dikisahkan beberapa penutur tradisi yang ditemuinya. Semua cerita mereka seragam, bahwa suatu ketika nanti Makassar dan sekitarnya akan dilanda kekacauan. Pusat kekacauan itu adalah di Karebosi, karena di tempat itulah konon nanti menjadi ajang orang-orang saling bunuh sehingga tanahnya akan digenangi darah hingga pergelangan kaki. Dan yang bisa meredakan keadaan itu adalah tujuh orang yang turun dari langit atas seizin Tuhan. Mereka akan turun tepat di daerah kuburan itu.
Para penutur tradisi juga mengaitkan kejadian itu dengan apa yang tertulis di dalam Al Quran. Dalam kitab suci umat Islam itu, digambarkan munculnya sosok Dajjal yang akan membawa dunia ini pada keadaan kacau balau. Menurut mereka, pada keadaan yang disebabkan oleh Dajjal itu pula ketujuh orang tersebut turun dari langit.
Tapi bukan cuma itu yang membangun keyakinan Daeng Pile. Lelaki yang pernah jadi pemandu wisata di Benteng Fort Rotterdam ini, juga mencari-cari informasi mengenai kuburan tersebut yang kemungkinan saja terselip di antara lembaran naskah-naskah kuno. Dan yang lebih memperkuat keyakinan Daeng Pile itu adalah pengalaman batinnya bercakap dengan pemilik tujuh kuburan itu.
Daeng Pile akhirnya akhirnya bersedia membagi pengetahuannya tentang tujuh kuburan itu. Maka bertuturlah Daeng Pile, bahwa sejarah kuburan itu dimulai pada abad ke-10. Kala itu Karebosi masih masuk dalam wilayah Kerajaan Gowa-Tallo yang meliputi Sungai Tallo bagian utara hingga Barombong bagian selatan. Waktu itu pusat kota Makassar terletak di Benteng Somba Opu sehingga benteng itu dinamakan pula benteng Makassar. Setelah peperangan antara Kerajaan Gowa dan VOC meletus pertama kali pada 1667 dan dimenangkan oleh VOC, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya pada 18 November 1667. Dari perjanjian perdamaian ini, pusat Makassar terbagi ke Benteng Jungpandang juga.
Karena masih merasa terancam, VOC yang waktu itu dipimpin oleh Laksamana Muda Cornelisz Janszoon Speelman, menyerang lumbung padi rakyat Gowa dan membumihanguskan Benteng Somba Opu pada 1668-1669. Setelah peperangan kedua itu, VOC akhirnya mengambil alih pusat Makassar yang waktu itu hanya di benteng Jungpandang dan mengubah namanya jadi Fort Rotterdam. Speelman pun mulai unjuk gigi dengan melakukan perluasan kota pada 1670. Master plan perluasan kota itu tetap dilanjutkan oleh pengganti Speelman. Pada 1890 saat Makassar berstatus sebagai kota afdeling, Pemerintah Hindia Belanda berhasil memasukkan Karebosi ke dalam wilayah kota Anging Mammiri ini .
Konon menurut cerita, Gowa di abad ke-10 dilanda keadaan kacau balau. Gowa bagai sebuah rimba tak bertuan. Orang-orang saling beradu kekuatan. Setiap orang ingin membuktikan bahwa, dirinyalah yang terhebat. Dan akhirnya yang lemah tersingkir dari kehidupan.
Suatu hari di kala itu, Gowa dihantam hujan deras dan petir yang menyambar-nyambar. Peristiwa itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. Dan di hari ke delapan, petir akhirnya berhenti berkilat-kilat dan hujan hanya bersisa pelangi dan gerimis seperti benang halus yang jatuh dari langit. Karebosi yang dulu merupakan hamparan luas nan kering lalu digenangi air.
Lantas sekitar ratusan mata rakyat Gowa saat itu tiba-tiba menyaksikan timbulnya tujuh gundukan tanah di tengah hamparan tersebut. Tujuh orang bergaun kuning keemas-emasan pun muncul sesaat lalu menghilang di tengah gerimis. Yang tersisa kemudian hanya tujuh gundukan tanah berbau harum.
Tak ada yang tahu asal muasal ketujuh orang itu. Namun, rakyat Gowa saat itu percaya kalau mereka adalah tomanurung (semacam dewa dalam mitologi Bugis Makassar) yang dikirimkan oleh Tuhan untuk negeri mereka. Kehadiran tujuh orang yang disebut sebagai Karaeng Angngerang Bosi atau Tuan yang Membawa Hujan, pun menginspirasi rakyat Gowa saat itu untuk memberi nama hamparan yang kemudian mereka jadikan sebagai sawah kerajaan itu. Jadilah nama Kanrobosi diberikan pada sawah itu. Kanro berarti anugerah yang Maha Kuasa dan bosi berarti hujan atau bisa juga bermakna kelimpahan. VOC kemudian mengubah nama itu jadi Koningsplein. Setelah penjajah Belanda menyerah, nama itu lantas berubah lagi jadi Karebosi seperti yang dikenal banyak orang dewasa ini.
Kurang lebih lima abad kemudian, di bawah kepemimpinan Batara atau Raja Gowa ke-7, tujuh gundukan tanah itu dihormati sebagai tempat berpijak pertama kali tujuh tokoh kharismatik tersebut. Lantas beberapa orang membentuk tujuh gundukan itu menyerupai kuburan dengan cara tiap gundukan diberi batu sebanyak tujuh buah. Cara ini sering dilakukan orang-orang di jaman dahulu untuk menandai sebuah kuburan.
Seiring berjalannya waktu, berziarah ke tujuh kuburan itu dianggap sebagai salah satu warisan tradisi penghormatan masyarakat dan penguasa setempat kepada tujuh tokoh yang diperkirakan turun dari langit tersebut. Pada saat H.M. Daeng Patompo menjabat sebagai Wali Kota Makassar pada 1965-1978, tujuh kuburan itu sempat ditutup. Namun beberapa orang yang percaya akan mitos ketujuh kuburan itu memugarnya kembali.
Mitos yang diyakini sebagian orang itu mengatakan, bahwa ketujuh tokoh tersebut akan turun lagi ke bumi suatu ketika nanti. Namun, seperti kedatangan mereka semula, akan ada pula kondisi tak menentu yang mendahuluinya. Bahkan keadaan itu telah digambarkan di dalam Lontara dengan kata-kata: jarangji na kongkong sikokko na sitindang, ganca-gancamo cera’. “Hanya kuda (yang merupakan simbol penguasa) dan anjing (sebagai simbol penentu kebijakan), saling gigit dan tendang hingga akhirnya terjadi pertumpahan darah,” kata Daeng Pile mengutip salah satu isi dokumen Lontara itu.
Di saat banjir darah itulah, konon katanya di Karebosi akan muncul secara tiba-tiba tujuh balla` lompoa atau istana yang bentuknya serupa. Uniknya, bukan hanya bangunannya yang sama, tapi fisik, roman wajah, perilaku, dan kharisma penghuni istana juga bak pinang dibelah dua. Tapi di antara tujuh tokoh itu ada yang memiliki kharisma paling kuat. Tokoh itulah yang nanti akan jadi pemimpin utama dan menunjuk orang-orang yang dianggap bisa memulihkan keadaan pada saat itu. Dalam kepercayaan mistik Jawa, tokoh itu dikenal dengan sebutan Ratu Piningsit. “Saya memerkirakan tokoh yang pijakannya di tengah itulah yang nanti akan menjadi tokoh berkharisma paling kuat itu. Karena bagi saya, tokoh itu merupakan penyeimbang antara 7 lapis langit dan 7 lapis bumi,” sebut Daeng Pile.
Namun Daeng Pile masih enggan menyebut secara detail persona masing-masing tujuh tokoh tersebut. Baginya hal itu masih tabu untuk diceritakan dan telah jadi konsensus antara dirinya dengan para penutur tradisi, dan mungkin juga dengan ketujuh tokoh tersebut. Ia punya alasan sendiri untuk itu. Menurutnya, dengan menyebut persona ketujuh tokoh itu dapat berpengaruh pada keberadaan seseorang atau negeri dalam berbagai hal, seperti bencana alam, kekacauan, kesengsaraan, yang memengaruhi aspek kehidupan dari rakyat maupun penguasa.
Terlepas dari beragamnya hikayat yang ada, ritual berziarah ke tujuh jejeran makam itu tetap berlangsung hingga hari ini. Mereka datang dengan kepercayaan dan tentunya saja niat yang berbeda-beda. Dan di tengah riuh rendah berbagai kegiatan di Karebosi, dari keramaian pidato politikus di musim kampanye, dari kelincahan kaki para pemain PSM menggiring bola, dari hingar bingar pertunjukan musik, hadir legenda abadi tentang tujuh penjaga Karebosi, yang dipercaya, yang diziarahi, dan menjadi tempat orang-orang menundukkan kepala, berdiam dan berdoa, ditemani nyala lilin merah, taburan kembang, dan sesajen. (Panyingkul.com)


Saturday, 16 November 2013

6 MALL TERFAVORIT DI MAKASSAR

Mall Panakkukang

Mal Panakkukang merupakan mal terbesar di Makassar. Mall ini didirikan pada tahun 2003 dan selesai pada 2006, dengan lokasi yang strategis di Panakkukang. Mal ini terdiri dari 4 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain Gramedia, Exsellso, KFC,Hypermart, Disc Tarra, Time Zone, dan masih banyak lagi.

Mal Panakkukang merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.
Peta Mall Panakkukang Makassar

Letak Mall Panakkukang ini berdampingan dengan "Panakkukang Square" yang kurang lebih berjarak 50 meter

Mall Ratu Indah



Mal Ratu Indah merupakan mal terbesar kedua di Makassar. Mall ini didirikan pada tahun 2001, dengan lokasi yang strategis di dekat Hotel Sahid Makassar. Mal ini terdiri dari 4 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain Gramedia, Exsellso, KFC, M Studio, Time Zone, dan masih banyak lagi.
http://ayus.blogsome.com/images/mari.jpg


Mal Ratu Indah merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.

Mall GTC ( Global Trade Center )



Mal GTC merupakan mal terbesar ketiga di Makassar. Mall ini didirikan pada tahun 2003, dengan lokasi yang strategis di dekat Pantai Tanjung Bunga. Mal ini terdiri dari 3 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain Gramedia, Maranatha, Matahari,Hypermart, dan masih banyak lagi.
                                  http://duniamice.files.wordpress.com/2008/12/mallgtcmakassareo9.jpg

Mal GTC merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.

Mall Makassar Town Square



Makassar Town Square adalah pusat perbelanjaan di Makassar. Mal ini didirikan pada tahun 2007. Mal ini terdiri dari 3 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain Ramayana, Dunkin' Donuts, KFC, dan masih banyak lagi.
                            
Makassar Town Square merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.

Trans Studio Mall


Trans Studio Mall adalah salah satu pusat perbelanjaan di Makassar. Mal ini didirikan pada tahun 2010. Mal ini terdiri dari 3 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain Gramedia, Metro, Solaria, Piza Hut dan masih banyak lagi.

Trans Studio Mall merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.

MTC Karebosi ( Makassar Trade Center)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFYByyCqr5c6NgC0dRJX9zhU88GmerQE0-yO8gijOmoCB7T4Mn-rdgA1oRGlOfnNlacXKlPEraYXq-mHy_rr54yj3Hi1PZiWnWFDUqiny8FMHHpg3EwUvOJafOm5q6h7UjvlDKafVWDgiv/s1600/mtc+mksr3.jpg
 MTC Karebosi adalah pusat perbelanjaan utama di Makassar. Mal ini didirikan pada tahun 2000. Mal ini terdiri dari 4 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain Carrefour, CFC, dan masih banyak lagi.
MTC Karebosi merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat.

BENTENG ROTTERDAM, Wisata Sejarah Makassar

November 17 2013, by Kelompok 1
 
Benteng Ujung Pandang atau yang lebih dikenal sekarang sebagai Fort Rotterdam merupakan salah satu objek wisata sejarah unggulan kota Makassar. Benteng ini dibangun pertama kali oleh Raja Gowa X Imarigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng pada tahun 1545 yang kemudian dianeksasi oleh Belanda yang menjadikannya sebagai pusat pemerintahan, militer dan administrasi Belanda di bawah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Cornelis Janszoon Speelman (1681-1684). Dari sinilah benteng Ujung Pandang berubah nama menjadi Benteng Rotterdam, sesuai dengan kota kelahiran speelman, aktor genosida 40.000 warga Sulawesi Selatan.
Struktur bangunan Benteng Ujung Pandang ini awalnya terbuat dari tanah liat, yang kemudian atas inovasi Sultan Alauddin, Raja Gowa XIV, bahan tersebut digantikan oleh batu padas yang bersumber dari pegunungan karst yang ada di Kabupaten Maros. 
Beberapa orang menyebut benteng ini sebagai benteng Pannyua, karena bangunan benteng yang berbentuk seekor penyu. Bentuk ini memiliki nilai filosofis tersendiri bagi laskar kerajaan Gowa yang memiliki semangat tempur seperti penyu, yang bisa Berjaya di darat maupun di laut (air). Layaknya Seperti hewan penyu yang hidup di laut dan berkembang biak di daratan.
Benteng yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai losari ini, kemudian direbut oleh pihak Belanda dan dijadikan pusat pemerintahan gubernur Hindia Belanda di kawasan Sulawesi. Hal itu ditandai dengan Perjanjian Bongaya (18 November 1667), yang ditandatangani oleh Pihak Belanda (VOC), Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa yang menjadi pihak kalah pada perebutan wilayah dan perdagangan di kawasan Makassar. Sejak saat itu pula bangunan di dalam benteng dihancurkan oleh Speelman digantikan menjadi bangunan baru dengan arsitektur kental Belanda.
Di benteng ini pula, tokoh revolusioner dan pahlawan nasional Indonesia, Pangeran Diponegoro ditahan oleh Belanda akibat kelicikannya dalam perundingan damai. Ruang tersebut berukuran sedang dengan dinding kokoh yang memiliki pintu melengkung yang rendah. Sehingga jika memasuki ruang tahanan ini, pengujung harus tunduk untuk memasukinya. Ruangan tersebut juga sangat gelap, meskipun demikian, terdapat tempat tidur dan sajadah buat shalat bagi sang Pangeran. Setelah penahanannya, beliau wafat di tempat itu dan dimakamkan di kawasan sebelah utara benteng yang saat ini beralamat, Jalan Sultan Diponegoro.
Selain sel tahanan Sultan, pengunjung saat ini masih bisa menikmati hampir seluruh bangunan utuh dari Benteng Rotterdam. Dimana di dalamnya terdapat bekas Gereja tua dan bangunan lain yang beralih fungsi menjadi Museum La Galigo dibawah kendali UPTD Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar.
Untuk menjangkau kawasan ini, dari bandara, anda bisa melewati jalan tol, atau menggunakan angkutan umum, menuju pantai losari. Dari pantai losari, anda hanya perlu berjalan sekitar 15 menit ke arah utara, mengikuti arah lalulintas. Di sekitar benteng ini, terdapat pusat Jajanan dan oleh-oleh khas Makassar, yakni di jalan somba opu. Dan beberapa hotel ternama seperti Makassar Golden Hotel, Pantai Gapura Hotel, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu jika anda berkunjung di Benteng Rotterdam, jangan lewatkan mengunjungi tempat lain di kawasan ini sebagai destinasi wisata anda di Makassar.
Salam dari duta pariwisata…








Friday, 15 November 2013

SUKU MAKASSAR

Suku Makassar sebenarnya identik dengan suku Bugis, mereka berasal dari rumpun yang sama yaitu tergolong kedalam suku-suku Melayu Deutero yang masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia, tepatnya Yunnan. Lidah Makassar menyebutnya ‘Mangkasara’ yang artinya “Mereka yang Bersifat Terbuka”.
Istilah Makassar dan Bugis adalah istilah yang diciptakan oleh Belanda untuk memecah belah. Sampai pada akhirnya kejatuhan Kerajaan Makassar pada Belanda, segala potensi dilenyapkan, mengingat suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Kapanpun dan dimanapun mereka bertemu Belanda, pasti diperangi oleh mereka.
Beberapa tokoh terkenal Gowa yang menolak menyerah yaitu Karaeng Galesong, hijrah ke Tanah Jawa. Bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui. Oleh karena itu, Belanda yang saat itu dibawah pimpinan Cornelis Speelman menjulukinya dengan “Si-Bajak-Laut”.
Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk tapi demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tidak heran pada abad ke-14-17, dengan symbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar, berhasil membentuk suatu Imperium bernafaskan Islam, mulai dari keseluruhan pulau Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Papua dan Australia bagian utara. Mereka menjalin Traktat dengan Bali, kerjasama dengan Malaka dan Banten dan seluruh kerajaan lainnya dalam lingkup Nusantara dan Internasional (khususnya Portugis). Kerajaan ini juga menghadapi perang hebat dengan Belanda hingga kejatuhannya akibat adu domba Belanda terhadap kerajaan taklukannya.
Rumah Adat Makassar:
Image
Tarian Adat Makassar:
Image
Penduduk Asli Makassar:
Image
Pakaian Adat Makassar:
Image

MAKASSAR gerbang wisata indonesia timur

Posted on15 april by Kelompok 1

Makassar – Sulawesi-selatan……

Sebagai ibukota dari povinsi Sulawesi Selatan Makassar merupakan pintu gerbang utama Indonesia timur, sehingga  mau tidak mau Makassar menjadi daerah tujuan utama, karena seluruh rute tujuan di bagian timur indonesia harus melalui Makassar terlebih dahulu, baik itu melalui udara maupun laut. Makassar pada khususnya dan Sulawesi Selatan sendiri pada umumnya memiliki begitu banyak potensi wisata yang tersedia, baik yang telah di kelola baik maupun yang masih butuh perhatian dan pengembangan yang lebih serius. Mulai dari wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Sejarah hingga wisata Kuliner yang tentu saja dengan perhatian penuh pemerintah akan memberikan manfaat positif untuk seluruh aspek sosial di daerah SUL-SEL.
Besarnya peran aspek pariwisata sangat berpengaruh pada pencitraan suatu daerah ataupun negara. seperti contohnya BALI yang sangat terkenal di luar negeri, bahkan lebih terkenal dibanding Indonesia sendiri. Selain itu sektor pariwisata juga dapan mendorong pertumbuhan ekonomi serta percepatan laju pembangunan.
Wisata alam merupakan salah satu alasan utama berkunjungnya para wisatawan, baik itu lokal maumpun mancanegara, keindahan alam dan panorama di SUL-SEL sangat beragam, terutama dari bahari yang merupakan salah satu wisata andalan di SUL-SEL, dimana masyarakat Bugis Makassar sendiri sangat terkenal sebagai sang pengarung lautan yang tangguh. Anda bisa menjumpai berbagai objek wisata bahari seperti pantai pasir pusih yang indah, panorama bawah laut yang sangat beragam akan hewani laut dan terumbu karangnya, pegunungan yang sejuk serta sungai yang membentang.
               TANJUNG BIRA           TAKA BONERATE                  MALINO                          BANTIMURUNG
Beragam suku dengan beragam bahasa di SUL-SEL yaitu suku Makassar, suku Bugis, suku Mandar dan suku Toraja, menjadikan SUL-SEl sangat kaya akan budaya, kehidupan sosial adat istiadat serta kebiasaan yang berbeda beda. Setiap suku memiliki ceremoni adatnya sendiri sendiri, dimana salah satu ceremoni adat andalan SUL-SEL adalah Rambu Solok di Tanatoraja, yang biasanya dikemas dalam satu event tahunan yaitu LOVELY DECEMBER, banyaknya kegiatan budaya adat istiadat ini diharapakan dapat menarik banyak wisatawan untuk berkunjung ke SUL-SEL
                 RAMBU SOLOK             TARI PADDUPPA         GANDRANG BULO    SAYYANG PATTUDDU
Latar belakang sejarah SUL-SEL yang terdiri dari berbagai kerajaan lokal yang diantaranya adalah kerajaan Gowa, Tallo, Bone dan Mandar. Serta kenyataan bahwa SUL-SEL pernah berada dibawah penjajahan belanda dan jepang, menuliskan banyak sejarah menarik serta peninggalan peninggalan yang sangat berharga. Bahkan SUL-SEL pun memiliki beberapa situs peninggalan purbakala, dimana situs purbakala semacam ini hanya terdapat di tiga tempat di seluruh dunia. Keren kan…
               FORT ROTTERDAM          BALLA LOMPOA         BENTENG SOMBAOPU       LEANG-LEANG
Salah satu keunggulan dari banyaknya suku dan budaya di SUL-SEL melahirkan beragam kuliner yang tentu saja merupakan tujuan favorit dari seeluruh wisatawan yang berkunjung. Untuk yang satu ini pasti setuju dengan saya, bahwa “dimana bumi di pijak… disitu kita cari makanan enak”. Karena kinjungan wisata anda tidaklah lengkap tanpa mencicipi kuliner daerah setempat.
                    COTO MAKASSAR               KAPURUNG                 ES PISANG IJO                     DANGKE
Dengan dukungan penuh dari PEMPROV SULSEL serta seluruh pihak yang terkait dapat memberikan kontribusi besar dalam perkembangan pariwisata di Suawesi – Selatan, dan beberapa strategi yang diupayakan ntuk menarik lebih banyak para wisatawan adalah :
  1. Perhotelan, ketersediaan penginapan ataupun hotel di objek objek wisata vital merupakan suatu keharusan, hal ini sangat dibutuhkan oleh para wisatawan terutama wisatawan asing. List hotel yang ada di SUL-SEL –> HOTEL
  2. Transportasi, pesatnya perkembangan suatu daerah wisata sangat ditentukan oleh akses transportasi yang memadai, dan saat ini, seluruh objek wisata di SUL-SEL telah didukung dengan sarana transportasi yang baik. Mulai dari Becak, Bentor (becak motor), Pete-pete (metro mini), Taxi, hingga BUS antarkota dan BUS pariwisata sangat banyak tersedia, bahkan mulai tumbuh tumbuh travel yang khusus menjangkau suatu tempat tujuan wisata yang biasanya di sediakan oleh pihak hotel.
  3. Sarana dan fasilitas umum, Dengan tersedianya sarana dan fasilitas umum yang memadai di objek-objek wisata akan sangat memberikan manfaat untuk para wisatawan, keasrian dan kebersihan objek wisatapun akan tetap terjaga dan teratur.
  4. Keamanan, keamanan menjadi hal yang sangat penting untuk para wisatawan dan ini menjadi tugas kita bersama untuk mewujudkan SUL-SEL yang indah, ramah dan pastinya AMAN. Ini adalah komitmen dari kami semua sebagai warga makassar, dan SUL-SEL pada umumnya.
Banyak  menjadikan Sulawesi selatan sebagai tujuan wisata.Tempat yang indah, budaya yang beragam serta makanan yang lezat menjanjikan perjalanan wisata yang menyenangkan….

WISATA PANTAI GALESONG UTARA


Satu lagi tempat wisata yang hadir di makassar, yaitu wisata pantai yang terletak di Galesong utara kabupaten Takalar. Tempatnya bisa ditempuh dengan waktu sekitar 30-45 menit dari pusat kota makassar. Tempatnya berupa hotel resort tepi pantai.
Suasananya sangat nyaman dan santai, fasilitas yang di sediakan juga cukup lengkap.  buat berenang, olah raga ringan seperti joging, kegiatan berkelompok seperti outbond dan tentu saja berenang. Mau berenang di kolam ataupun laut bisa saja. Satu hal yang saya liat cukup bagus disini adalah keamanannya yang menurut saya cukup baik. Tidak seperti beberapa wisata pantai lainnya.
Dari pusat Kota makassar anda bisa menggunan taxi untuk ke tempat ini dengan membayar sekitar Rp. 50.000, karena belum ada anggkutan umum lain yang menjangkau tempat ini. Untuk pengunjung biasa “tidak menyewa kamar” anda bisa menikmati fasilitas yang ada dengan membayar sekitar Rp. 40.000. per orang. dan bisa menggunakan saung saung di sekitar kolam renang untuk menyimpan barang bawaan dan beristirahat sementara teman atau keluarga bersenang senang.
Harga yang ditawarkan untuk sebuah kamar bervariasi, dan yang cukup umum adalah :
  • 2 kasur susun (4 tempat tidur) Rp. 390.000
  • 4 kasur susun (8 tempat tidur) Rp. 590.000
Tetapi untuk hari libur harga kamar agak naik sedikit.
fasilitas yang tersedia :
  • Kolam renang
  • Outbond zone
  • Tempat berjemur
  • Jet sky
  • Banana boat
  • Kantin
  • Kamar mandi/ganti
  • Meeting room






Thursday, 14 November 2013

Kebudayaan Daerah Makassar

Kebudayaan Daerah Makassar

 Makassar merupakan ibu kota dari provinsi sulawesi selatan. Makassar terken al dengan berbagai macam kebudayaannya dan makanan khasnya yang sangat enak. Maka dari itu banyak sekali orang-orang selain orang makassar sangat menyukai makanan khas makassar. Makanan khas Makassar antara lain coto Makassar, pisang ijo, pisang epek, pisang palubutung, kondro, barongko dan masih banyak lagi. Selain itu tariannya pun menarik. Antara lain tarian Pakarena. Pada abad 20, tarian ini keluar dari tradisi istana dan menjadi pertunjukan populer. Seringkali dipentaskan di sejumlah acara, seperti pernikahan, ritual pengobatan dan sunatan. Tari ini sangat energik, terkadang begitu hingar bingar oleh musik, namun diiringi oleh tarian yang sangat lambat lemah gemulai dari para penari wanita muda. Dua kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik) mengiringi dua penari.
Sementara itu, busana adat Makasar memiliki perbedaan antara busana pria dan busana wanita. Busana adat pria dengan baju bella dada dan jas tutunya sedangkan busana adat wanita dengan baju bodo dan baju labbunya.
Busana adat pria.
Terdiri atas baju, celana atau paroci, kain sarung atau lipa garusuk, dan tutup kepala atau passapu. Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada. Model baju yang tampak adalah berlengan panjang, leher berkrah, saku di kanan dan kiri baju, serta diberi kancing yang terbuat dari emas atau perak dan dipasang pada leher baju.
Khusus untuk tutup kepala, bahan yang biasa digunakan berasal dari kain pasapu yang terbuat dari serat daun lontar yang dianyam. Bila tutup kepala pada busana adat pria Makasar dihiasi dengan benang emas, masyarakat menyebutnya mbiring. Namun jika keadaan sebaliknya atau tutup kepala tidak berhias benang emas, masyarakat menyebutnya pasapu guru. Biasanya, yang mengenakan pasapu guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru di kampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang melambangkan satus sosial pemakainya.
Kelengkapan busana adat pria Makasar yang tidak pernah lupa untuk dikenakan adalah perhiasan seperti keris, gelang, selempang atau rante sembang, sapu tangan berhias atau passapu ambara, dan hiasan pada penutup kepala atau sigarak. Keris yang senantiasa digunakan adalah keris dengan kepala dan sarung yang terbuat dari emas, dikenal dengan sebutan pasattimpo atau tatarapeng.
Busana adat wanita
Terdiri atas baju dan sarung atau lipa. Ada dua jenis baju yang biasa dikenakan oleh kaum wanita, yakni baju bodo dan baju labbu dengan kekhasannya tersendiri. Baju bodo berbentuk segi empat, tidak berlengan, sisi samping kain dijahit, dan pada bagian atas dilubangi untuk memasukkan kepala yang sekaligus juga merupakan leher baju. Adapun baju labbu atau disebut juga baju bodo panjang, biasanya berbentuk baju kurung berlengan panjang dan ketat mulai dari siku sampai pergelangan tangan. Bahan dasar yang kerap digunakan untuk membuat baju labbu seperti itu adalah kain sutera tipis, berwarna tua dengan corak bunga-bunga. Kaum wanita dari berbagai kalangan manapun bisa mengenakan baju labbu.
Pasangan baju bodo dan baju labbu adalah kain sarung atau lipa, yang terbuat dari benang biasa atau lipa garusuk maupun kain sarung sutera atau lipa sabbe dengan warna dan corak yang beragam. Namun pada umumnya, warna dasar sarung Makasar adalah hitam, coklat tua, atau biru tua, dengan hiasan motif kecilkecil yang disebut corak cadii.
Sama halnya dengan pria, wanita makasar pun memakai berbagai perhiasan untuk melengkapi tampilan busana yang dikenakannya Unsur perhiasan yang terdapat di kepala adalah mahkota (saloko), sanggul berhiaskan bunga dengan tangkainya (pinang goyang), dan anting panjang (bangkarak). Perhiasan di leher antara lain kalung berantai (geno ma`bule), kalung panjang (rantekote), dan kalung besar (geno sibatu), dan berbagai aksesori lainnya. Penggunaan busana adat wanita Makasar yang lengkap dengan berbagai aksesorinya terlihat pada busana pengantin wanita. Begitu pula halnya dengan para pengiring pengantin, hanya saja perhiasan yang dikenakannya tidak selengkap itu.
Selain itu,terdapat juga adat pernikahan orang Makassar. Banyak sekali serangkaian kegiatan pernikahan adat di Makassar yaitu sebagai berikut :
1. A’jagang-jagang/Ma’manu-manu
Penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui latar belakang pihak calon mempelai wanita.
2. A’suro/Massuro
Acara ini merupakan acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Dahulu, proses meminang bisa dilakukan beberapa fase dan bisa berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.
3. Appa’nasa/Patenre Ada
Usai acara pinangan, dilakukan appa’nasa/patenre ada yaitu menentukan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas kawin dan uang belanja. Besarnya mas kawin dan uang belanja ditentukan menurut golongan atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga pria.
4. Appanai Leko Lompo (erang-erang)
Setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang disebut A’bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan passio/passiko atau Pattere ada (Bugis). Hal ini dianggap sebagai pengikat dan biasanya berupa cincin. Prosesi mengantarkan passio diiringi dengan mengantar daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi. Namun karena pertimbangan waktu, sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre Ada atau Appa’nasa.
5. A’barumbung (mappesau)
Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.
6. Appasili Bunting (Cemme Mapepaccing)
Kegiatan tata upacara ini terdiri dari appasili bunting, a’bubu, dan appakanre bunting. Prosesi appasili bunting ini hampir mirip dengan siraman dalam tradisi pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan sebagai pembersihan diri lahir dan batin sehingga saat kedua mempelai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan mendapat perlindungan dari Yang Kuasa dan dihindarkan dari segala macam mara bahaya. Acara ini dilanjutkan dengan Macceko/A’bubu atau mencukur rambut halus di sekitar dahi yang dilakukan oleh Anrong Bunting (penata rias). Tujuannya agar dadasa atau hiasan hitam pada dahi yang dikenakan calon mempelai wanita dapat melekat dengan baik. Setelah usai, dilanjutkan dengan acara Appakanre Bunting atau suapan calon mempelai yang dilakukan oleh anrong bunting dan orang tua calon mempelai. Suapan dari orang tua kepada calon mempelai merupakan simbol bahwa tanggung jawab orang tua kepada si anak sudah berakhir dan dialihkan ke calon suami si calon mempelai wanita.
7. Akkorongtigi/Mappaci
Upacara ini merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon mempelai. Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai. Orang-orang yang diminta meletakkan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan sosial yang baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Malam mappaci dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah masing-masing calon mempelai.
8. Assimorong/Menre’kawing
Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon mempelai pria diantar ke rumah calon mempelai wanita yang disebut Simorong (Makasar) atau Menre’kawing (Bugis). Di masa sekarang, dilakukan bersamaan dengan prosesi Appanai Leko Lompo (seserahan). Karena dilakukan bersamaan, maka rombongan terdiri dari dua rombongan, yaitu rombongan pembawa Leko Lompo (seserahan) dan rombongan calon mempelai pria bersama keluarga dan undangan.
9. Appabajikang Bunting
Prosesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah akad nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai wanita. Dalam tradisi Bugis-Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua mempelai bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti beberapa acara seperti pemasangan sarung sebanyak tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting (pemandu adat). Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh keluarga mempelai wanita.
10. Alleka bunting (marolla)
Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu. Sehari sesudah pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa orang anggota keluarga diantar ke rumah orang tua mempelai pria. Rombongan ini membawa beberapa hadiah sebagia balasan untuk mempelai pria. Mempelai wanita membawa sarung untuk orang tua mempelai pria dan saudara-saudaranya. Acara ini disebut Makkasiwiang.
Apabila sepasang pengantin sudah melakukan serangkaian kegiatan diatas, barulah mereka dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri.
Sumber :

Macam - Macam Kuliner Khas Makasar

4 Macam Kuliner Khas Makasar

Makasar merupakan daerah yang terkenal dengan citarasa kuliner yang beragam,berikut kami sampaikan beberapa kuliner khas dari daerah makasar

1. Pisang Epe Khas Makasar
Dilihat dari namanya pastilah makanan khas kota Makassar ini terbuat dari pisang. Pisang yang dijadikan bahan pembuatannya yaitu pisang kepok setangah mengkal. Proses pembuatannya pun tergolong sangat mudah dan bahan-bahan yang dibutuhkan juga gampang untuk dicari.


 Pisang Epe Khas Makasar

Pisang yang telah dikupas dibakar diatas bara api, kemudian dibolak-balik hingga harum dan lembek. Pisang diambil kemudian di tekan hingga pipih, kemudian di bakar kembali. Setelah melakukan pembakaran, pisang ditaruh diatas piring dan kemudian untuk toppingnya gula merah dicampur dengan air daun pandan ditambah dengan garam dan durian yang direbus hingga kental, dan kemudian disiramkan keatas susunan pisang yang disajikan diatas piring

2. Es Palu Butung Khas Makasar

Es Palu Butung adalah es campur gaya Makassar yang merupakan makanan penutup sangat populer dari Makassar, Sulawesi Selatan. Bahan utama pembuatan es ini berupa pisang hijau yang dipotong-potong yang diletakkan diatas semacam bubur berwarna putih yang terbuat dari santan ditambah dengan es serut dan susu kental. Es ini juga biasa tersaji di warung-warung karena memang dua hidangan ini berasal dari daerah yang sama.

Es Palu Butung Khas Makasar

3. Es Pisang Hijau Khas Makasar

Es pisang Hijau adalah hidangan khas dari kota aging mammiri, namun demikian hidangan ini cukup populer dibanyak daerah. Es ini terbuat dari pisang raja atau kepok, paduan pisang dan tepung beras ditambah bubur, sirop dan es serut membuat es ini benar-benar mengugah rasa. Cocok dinikmati saat udara panas. Jadi kata ijo itu bukan menunjukkan bahwa jajanan ini terbuat dari pisang hijau tetapi dari tepung pembungkusnya yang berwarna hijau dari daun pandan,
Es Pisang Hijau Khas Makasar

4. Kue Gogogso Khas Makasar

Gogoso adalah salah satu makanan khas orang bugis makassar yang sangat digemari di Sulawesi Selatan ketika lebaran, selain ketupat lebaran, gogoso pun juga turut meramaikan bersama dengan bersama dengan aneka masakan lainya pada hari-hati biasa, gogoso banyak ditemukan didaerah pantai losari atau dipinggir-pinggir jalan kota makassar biasanya dijajakan oleh pedagang asongan bisanya dijajakan bersama telur asin atau lebih akrab dengan sebutan orang makassar Bayao Kannasa, dan kacang rebus.


Kue Gogogso Khas Makasar